Senin, 23 Maret 2009

Kecerdasan Akal Menurut Al-Qur'an

Oleh : Dra. Nurhayati Zen, M.Ag

Kecerdasan adalah perihal cerdas, kesempurnaan akal budi manusia (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Kata kecerdasan ini diambil dari akar kata cerdas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, dan sebagainya, tajam pikiran dan sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat) biarpun kecil badannya akan tetapi tidak kurang cerdasnya. Atau dengan contoh lain: perpustakaan didirikan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat .

Ada kata lain yang dipakai untuk menunjukkan kecerdasan ini seperti rasyid ( ) Kata ini lebih mengarah kepada kecerdasan keagamaan; dan ada pula yang dikenal al rasikh ( ) yang muatan maknanya lebih dekat kepada pemahaman keagamaan.
1. Disamping itu ada kata akal, alat fikir yang terletak di otak manusia. Akal adalah daya fikir atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan, daya akal budi, kecerdasan berfikir, atau boleh juga berarti terpelajar . Kata lain yang menunjukkan akal dalam Al-Qur an ada lebih dari 10 macam ungkapan, seperti:
 ya’qiluun artinya mereka yang berakal
 yatafakkaruun artinya mereka yang berfikir
 yatadabbaruun artinya mereka yang mempelajari
 yarauna artinya mereka yang memberi perhatian
 yanzhuruun artinya mereka yang memperhatikan,
 yabhatsuun,artinya mereka yang membahas
 yazkuruun,artinya mereka yang mengingat
 yata ammaluun artinya yang menginginkannya
 ya’lamuna,artinya mereka yang mengetahuinya
 yudrikuna,artinya mereka yang mengerti
 ya’rifuna artinya mereka yang mengenalnya
 , yaqrauuna artinya mereka yang membaca.
2. Al-Qur an adalah kitab suci agama Islam, yakni Kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Seperti tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 185.


Artinya : “Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya ( awal ) alQur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang baik dan yang buruk )……”

Atau seperti tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 2 :

“Kitab itu (Al-Qur an) tidak ada keraguan padanya;sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.

4. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik artinya memelihara dan memberi latihan, ajaran, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan . Kata pendidikan ini berpadanan juga dengan istilah bahasa Arab dan sering digunakan, seperti Al Tarbiyah, Al ‘Aqliyah, dan Tahzibiyah.

Gabungan kata di atasmenjadi Materi Pendidikan kecerdasan akal menurut Al-Qur an adalah bahan petunjuk bidang pendidikan yang mengasah akal fikiran manusia sehingga dapat mengantarkan manusia itu kearah kecerdasan manusia dalam usaha mengubah sikap dan tata laku seseorang manusia atau kelompok manusia dalam usaha mendewasakan manusia. Sesuai dengan isi kandungan Al-Qur an. Jadi kecerdasan akal dalam Al-Qur an adalah kemampuan menggunakan nalar dan daya fikir untuk memikirkan memperhatikan ,memahami ,meneliti ,membahas,menelaah dan seterusnya tentang ciptaan dan kekuasaan Allah SWT sebagai petunjuk yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga status mereka sampai disebut dengan Ulul albab,Ulul abshar, Ulinnuha yang bermuara kepada penumbuhan aqidah dan pengakuan khasyyah.dengan kesadaran yang ikhlas.

Eksistensi Kecerdasan Akal
Sebenarnya tidak semua makhluk dilengkapi dengan akal. Yang diberi Allah SWT akal hanyalah makhluk jenis manusia saja; oleh sebab itu makhluk jenis manusia ini menjadi makhluk mulia. Ini dapat dipahami dari firman Allah surah Al-Baqarah ayat33 dan 34 tentang eksistensi manusia :



Dari ayat ini berisi perintah Allah supaya semua Malaikat dan Iblis serta Jin bersujud kepada Adam karena ia dapat menggunakan akalnya mengetahui nama-nama benda (ilmu pengetahuan). Semuanya bersujud mengakui kelebihan Adam kecuali Iblis. (Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu Allah berfirman bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. Dan ingatlah ketika Allah berfirman kepada para Malaikat sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir’, QS:Al Baqarah ayat 33 dan 34).
Demikian pentingnya pengaruh akal bagi manusia. Dan atas rahman dan rahimNya, manusia diberi akal sehingga menjadi makhluk yang mulia, yang sebaik-baik makhluk, seperti yang disebutkan Allah dalam firmanNya dalam surah At Tin ayat 4 yang artinya : sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya tapi kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Attin ayat 4 dan 5).
Akal itu didukung dan dilengkapi pula dengan sarana penunjang yakni pendengaran, penglihatan, dan hati supaya mereka bersyukur. Kalimat yang terkandung pada surah Al Mukminun ayat 78 :

(Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikitlah kamu yang bersyukur).
Jadi jika ditelaah ayat diatas dapat dipahami bahwa pada diri Adam terdapat suatu khazanah pengetahuan yang luas, sebuah perpustakaan yang mengandung inti ilmu dan pengetahuan kemanusiaan, serta laboratorium yang dari Adam itu muncul kreasi yang akan dikembangkan manusia, dari penemuan-penemuan yang akan ditemukan di masa depan melalui kecerdasan-kecerdasan akal anak cucu Adam hingga datang hari kiamat.Anak cucu Adam yang suka berfikirlah yang akan mewarisi ilmu pengetahuan ini baik yang praktis maupun teoritis, yang kemudian mengembangkannya dan memanfaatkannya.
Meskipun ilmu-ilmu itu telah dibagi-bagikan kepada manusia dan masing-masing individu mendapatkannya sesuai dengan usaha pendidikan kesiapan, kemampuan, dan potensinya untuk menguasai ilmu itu, juga kesungguhan dan usahanya untuk mencarinya, namun ilmu-ilmu alamiah itu hanya secara khusus dimiliki oleh sebahagian individu dari anak cucu Adam yang ulul albab, ulul abshar atau ulinnuha itu. Mereka mendapatkan kejayaan serta kemuliaan untuk membawa bendera ilmu pengetahuan itu di dunia. (surah Al Mujadalah ayat 11 : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat). Semua itu atas kurnia Allah. Menurut pernyataan Allah Ilmu yang diberikannya kepada manusia baru sedikit (surah 17 : 85) akan tetapi subhanallah manusia sudah dapat merasakan berbagi kenikmatan dan kemudahan dalam hidupnya sehingga manusia itu dapat makan makanan yang lezat dan nikmat bila malam ada lampu listrik yang menerangi,bila mau bepergian kemana saja ada kendaraan yang mewah dan indah, bila ingin tahu peristiwa yang terjadi di pelosok mana saja dibelahan bumi ini dalam hitungan detik sudah dapat disaksikan langsung dengan nyaman dan mudah, suara dari jarak manapun sekarang sudah bisa diterima dengan mudah dalam waktu itu juga dan seterusnya.hanya saja manusia kurang bersyukur .
Menurut Bahauddin al Qubbani dalam bukunya Miskin dan Kaya dalam Pandangan Al-Qur an halaman 21 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu diciptakan oleh Allah SWT bermacam-macam, ada ilmu ada ilmu biologi, matematika, pertanian, penelitian, dan lain-lain, dan Dia menjadikan akal siap untuk menguasainya, mengolahnya serta berusaha mendapatkannya, baik ilmu pengetahuan tentang sesuatu yang ada yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Siapa yang mempunyai bakat untuk menguasai pengetahuan atau suatu ilmu maka ia akan sampai kepada penambahan ilmu sedikit demi sedikit, sedangkan siapa yang bermalas malasan atau enggan maka orang lain yang akan merebut ilmu itu. Bukankah manusia sudah diberi potensi untuk cerdas ?
Jadi kecerdasan akal menjadi perhatian para ilmuwan karena sampai saat ini ilmu tentang kecerdasan akal ini berkembang pesat. Salah satu ilmuwan Indonesia yang menulis tentang kecerdasan akal ini adalah Ary Ginanjar Agustian. Mengutip makna kecerdasan yang ditulis oleh Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya Rahasia Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual menuliskan bahwa kecerdasan yang terdapat pada manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia itu dibagi kepada 4 macam, yaitu :
i. EQ ( Emotional Quotient ), yakni kecerdasan emosi. Yang dimaksud dengan kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang difikirkan menjadi sesuatu yang menyentuh rasa. Emosi ini biasanya ada di hati. Hati adalah sumber energi, keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati itu juga sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani. Hati nurani akan menjadi pembimbing terhadap sesuatu yang harus ditempuh dan sesuatu yang diperbuat. Artinya manusia sebenarnya telah memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingnya. KH Habib Adnan menyatakan bahwa Agama Islam adalah agama yang dibutuhkan manusia untuk mengatur radar hati ini sesuai dengan fitrah manusia. Kebenaran Islam senantiasa selaras dengan suara hati manusia. Oleh karena itu memegang teguh kata hati nurani merupakan tantangan hidup yang perlu dikembangkan. Dalam menghadapi perubahan kehidupan yang demikian cepat dan dinamis seperti sekarang ini demi mencapai kesuksesan. Jadi Ary Ginanjar berpendapat agama Islam bisa dijadikan landasan pembangunan kecerdasan emosi, yakni suara hati yang menjadi landasannya.
ii. IQ (Intelectual Quotient), yakni yang disebut dengan kecerdasan intelektual atau akal. Kecerdasan intelektual adalah kemampuan seorang manusia mendaya-gunakan akal fikirannya untuk memahami dan mengerti sesuatu. Sirajuddin Zar dalam bukunya Filsafat Islam mengutip pendapat Ibnu Bajjah tentang akal. Menurut Ibnu Bajjah akal terdiri dari dua jenis yakni yang pertama akal teoritis, yakni akal yang diperoleh berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkrit dan abstrak; dan yang kedua akal praktis, yakni pemahaman yang diperoleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan .
iii. SQ (Spiritual Quotient), yakni kecerdasan spiritual. Hal ini merupakan temuan ilmiah saat ini, yakni proses syaraf otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup manusia agar lebih bermakna. Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati bersumber dari spiritual center ini yang tidak bisa ditipu oleh siapapun atau oleh apapun termasuk oleh diri kita sendiri. Ary Ginanjar mengutip pendapat Jamaluddin Rumi yang mengatakan : “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indra penglihatan” .
iv. ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), yakni gabungan dari EQ dan SQ secara seimbang, antara rasa,fikir dan suara hati nurani. Pertama, konsep ini yang dapat mengantarkan manusia menjadi manusia unggul yang senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran hakiki yang bersifat universal dan abadi. Kecerdasan gabungan ini adalah berusaha untuk berfikir jernih dengan menggunakan suara hati yang suci, bebas dari belenggu. Kedua, adanya kesadaran diri membangun alam fikir emosi secara sistematis berdasarkan rukun iman yang selaras dengan fitrah manusia dan sesuai dengan hati nurani. Ketiga, pengasahan hati yang telah terbentuk dengan menggunakan latihan dalam melaksanakan rukun islam. Keempat langkah sinergi digabungkan dengan langkah aplikasi total sehingga menimbulkan ketangguhan. Inilah yang merupakan gambaran kecerdasan emosional spiritual.

Proses Kecerdasan Akal adalah untuk mencapai tujuan
Proses yang membuat manusia menjadi cerdas itu tentu saja dengan melalui usaha,pelatihan yang berulang-ulang dan pendidikan. Cerdas dan kecerdasan yang dimaksudkan disini adalah kecerdasan intelektual yang bersumber dari Al-Qur an al Karim. Seluruh ayat Al-Qur an itu memuat petunjuk untuk meraih kecerdasan karena semua ayat tersebut adalah petunjuk bagi manusia seperti yang dinyatakan dalam surah Al Baqarah ayat 185 dan ayat 2 di atas. Baik itu untuk kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan Spiritual (SQ), dan kecerdasan emosional spiritual (ESQ). Oleh sebab itu di dalam Al-Qur an terdapat prinsip-prinsip pendidikan Islam. Pertama, menjelaskan tujuan utama kehidupan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, pada surah Az Zariyat ayat 56, yang berbunyi : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu” (Surah 51 : 56).
Kemudian yang kedua, tujuan umum keberadaan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah pada surah Al Baqarah ayat 30 :


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’” ( 2: 30). Dan Al An’am ayat 165


“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaanNya dan sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang” (6 :165).
Dan yang ketiga, tujuan khusus manusia itu adalah untuk bekerja dan berusaha terdapat pada surah Al Qasas ayat 77:

Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan lupa nasibmu di dunia.


Materi Pendidikan Kecerdasan Akal dalam Al-Qur an
Adapun materi pendidikan tentang kecerdasan akal itu antara lain dapat dilihat pada :
a. Surah Al ‘Alaq ayat 1-5;

Artinya : “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Mengajar manusia tentang hal –hal yang belum diketahuinya” ( Surah 96 : 1-5).

Untuk bisa mencapai kecerdasan akal harus ada usaha membaca sesuai dengan petunjuk bahwa membaca yang mendatangkan kecerdasan adalah membaca dengan menyebut nama Tuhan Maha Pencipta dan dengan perantaraan pena serta tulisan; membaca yang tidak disandarkan kepada Tuhan Maha pencipta akan kering dari hidayah (atau Spiritual Quotient), karena orang yang berusaha mencari petunjuk pasti akan diberi petunjuk dan siapa yang ingin sesat tentu tidak mau menerima petunjuk.

b. Dalam Al-Qur an ada 12 ayat yang memuat materi seperti itu antara lain pada surah Ar Ra’du ayat 33, Al Kahfi ayat 17, Az Zumar ayat 23, Al A’raf ayat 178 dan 186, As Syura ayat 46 :



“Allah yang menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Qur an yang serupa lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya”. ( 39: 23).
Maksud ayat diatas adalah bahwa Allah mengajar manusia dengan cara berulang-ulang supaya manusia mendapat pendidikan dan pengajaran. Bahkan dengan cara itu masih tidak semua manusia dapat menangkap dan memahaminya.Tanda-tanda orang yang menggunakan akal dan kecerdasannya menerima ayat itu digambarkan oleh Allah bahwa : bila manusia itu mengerti akan timbul rasa takut kepada Allah yakni takut akan kebesaran Allah. Takut itu ada dua macam yang pertama ada yang disebut dengan istilah khauf ( ) yakni takut karena diri nya punya kelemahan dalam menghadapi sesuatu, yang kedua adalah takut dengan istilah khasyyah ( ) yakni takut karena keagungan/keutamaan yang dimiliki sesuatu. Ulama (orang yang berilmu pengetahuan yang benar) yang cerdas yang dapat membawa kepada kondisi khasyyah itu. Oleh sebab itu Orang yang berfikir cerdas itu bisa berproses menjadi orang yang sampai kepada kondisi khasyyatillah ( ). Misalnya ilmuwan geologi (yang membahas gempa, ilmuwan kelautan, ilmuwan biologi dan bidang kedokteran, bahkan ahli apa saja dapat mengantarkannya kepada Khasyyatillah sampai terucapkan pengakuan yang indah dan ringan “subhanaka faqina ‘azabannar” bahwa Allah itu bersih dari sifat-sifat yang kurang, maka supaya terhindar dari kekurangan-kekurangan manusia perlu ada sikap dan ilmu pengetahuan.

a. Kecerdasan akal itu harus punya prinsip tidak ragu-ragu. Materi pendidikan ke arah prinsip itu lihat surah Ali ‘Imran ayat 60-63,


Artinya: bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah SWT maka janganlah hendaknya manusia itu meragukannya sehingga ia dapat mencapai kecerdasan akal. Apa yang telah kami ceritakan itu itulah yang benar maka janganlah termasuk orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu maka katakanlah; marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anakmu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah, kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.( 3: 60-62 ).

b. Kecerdasan akal itu harus menggunakan fikiran yang sehat. Materinya tercantum pada surah surah Ali Imran ayat 190 –194:




bahwa manusia yang punya kecerdasan akal adalah yang senantiasa menggunakan akalnya dalam posisi dan kondisi apa saja sepanjang waktu dalam keadaan duduk, berdiri, berbaring, yang diistilahkan dengan ulul albab sehingga daya fikirnya itu menemukan ujung kearifan dan terucaplah ucapan yang terlahir dari pengakuannya subhanaka wa qina ‘azaban naar.Maha suci Engkau (Allah) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( 3 : 190 ).

c. Kecerdasan akal itu harus diusahakan dengan melakukan jalan penelitian. Lihat surah Az Zariyat ayat 21, Al Zukhruf ayat 51, Al Qashas ayat 72 - 73, At Thur ayat 15, bahwa untuk dapat memahami dengan mendalam serta mengetahui secara cermat harus melakukan penelitian terhadap diri sendiri tentang cara penciptaan manusia.Dan pada dirimu sendiri makaapakah kamu tidak memperhatikannya? (Surah 51 : 21)
Bagaimana Allah menciptakan sari makanan yang dimakan manusia bisa berobah menjadi kulit, rambut, alis mata, kuku, gigi, tulang, daging urat, syaraf darah, langsung berobah dengan membawa sifatnya masing-masing padahal sari makanan yang digunakan berasal dari zat yang sama, subhanallah. Kemajuan intelektual manusia dapat membuat sistem kloning yakni membuat manusia baru dari sel manusia itu sendiri dengan menggunakan proses tertentu, atau mencangkok pohon tertentu untuk menghasilkan beragam buah yang aneka warna dan rasa.

d. Kecerdasan akal itu yang diambilkan dari materi pendidikan wisata. Ini dapat dilihat pada 16 ayat Al-Qur an , antara lain pada surah Ali ‘Imran ayat 137, surah An Nahl ayat 36, surah An Naml 69, surah Al ‘Ankabut ayat 20, surah Yusuf ayat 109; bahwa dalam ayat-ayat tersebut manusia didorong untuk melakukan perjalanan wisata menyaksikan situasi dan kondisi alam yang dapat dijadikan materi pendidikan kecerdasan akal.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan ( rasul-rasul) (3 : 137)

e. Kecerdasan akal itu diambilkan dari materi pendidikan pelatihan, yakni tentang teknik pelaksanaan ibadah. Lihat surah al Baqarah ayat 183 misalnya, dalam melakukan peribadatan dapat dilihat dan dirasakan pelatihan pisik manusia dan pelatihan rohani manusia sekaligus. Pertama ketangguhan pisik maksudnya manusia yang melaksanakan ibadah puasa akan menemukan ketangguhan pisik bahwa kondisi badan yang tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu masih mampu serta kuat bekerja dan beribadah sebaik mungkin, dan yang kedua ketangguhan akal bahwa tidak semua makanan dapat dimakan pada sembarang waktu. Ada saat-saat tertentu yang mengangkat kondisi fikir kearah petunjuk yang menemukan keselarasan fikir dan bisikan nurani mencari kebenaran yang aplikasinya akan terjadi dalam kehidupan manusia.
Ketangguhan manusia dilatih untuk dapat menahan haus dan lapar, menahan dari menikmati rezki yang diberikan Allah selama waktu tertentu namun ia masih tetap kuat, bekerja, berfikir jernih dan berbuat yang terbaik sesuai aturan Allah sampai nanti ia bisa menemukan kebesaran Allah dan mendapat ketaqwaan yang indah.

f. Kecerdasan akal yang berasaskan peraturan selaras dengan kedisiplinan hidup manusia. Ini dapat dilihat pada surah Al Mudatsir ayat 1-4, Al Muzammil ayat 1-9,




Artinya: bahwa manusia harus bangun dan jangan bermalas-malas, supaya kehidupannya yang memanfaatkan umur yang relatif singkat dapat mencapai kebahagiaan dan tujuan hidup tercapai dengan baik dan nyaman. “Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di malam hari kecuali sedikit yaitu seperduanya atau kurang dari seperduanya itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah Al-Qur an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang. Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepadaNya dengan penuh ketekunan. Dialah Tuhan masyrik dan magrib. Tiada Tuhan melainkan Dia maka ambillah Dia sebagai pelindung”.(Almuzammil 1-9).
Dari ayat diatas tergambar pendidikan kedisiplinan mematuhitata aturan Allah dalam kehidupan rutinitas, bahwa manusia setiap hari melalui pertukaran waktu siang dan malam secara rutin maka untuk mendapatkan pendidikan kecerdasan akal maka manusia harus ikuti dan melakukan bangun, rela meninggalkan rasa kantuk, dan ingin tidur sepanjang malam dengan tekun dan sungguh. Begitu pula pada waktu subuh ,manusia cerdas rela meninggalkan selimutnya bangun ketika mendengar azan subuh bangkit dan segera menghadap allah, berjalan ke rumah Allah atau berjamaah di rumah bersama anggota keluarga. Sungguh manusia akan menemukan kebesaran Allah dalam kedisiplinan itu yang berujung kepada pengakuan alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekalian alam.

g. Kecerdasan akal dapat diukur dari ujian dan penilaian. Lihat surah Al Baqarah 156 bahwa pengetahuan manusia akan dapat diukur dari pengujian sampai seberapa kuat intelektualnya dalam menyaksikan peristiwa ujian dan penilaian.
(Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan sesungguhnya semua itu datangnya dari Allah dan kembali kepada Allah, (Al baqarah ayat 156).
Dengan datangnya ujian atau musibah dan langsung dirasakan oleh manusiaakan berpengaruh terhadap pola pikir manusia, bahwamanusia yang berakal akan mengamati dan mencari tahu apa dan mengapa terjadi, yang jawabannya akan menimbulkan keyakinan bahwa tidak ada daya dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengatasi kekuatan Allah yang nanti akan bermuara kepada ucapan sesungguhnya semua ini kepunyaan Allah dan akan kembali kepada Allah jua

h. Tingkat kecerdasan akal itu adakalanya dipengaruhi oleh nasab dan keturunan ini dapat dilihat dari surah An Nisa ayat 22-26 yang menerangkan tidak boleh mengawini orang yang dekat hubungan nasabnya karena akan melemahkan kemampuan intelektual anak keturunan yang lahir dari nasab tersebut. (diharamkan atas kamu ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu, ibumu yang menyusukanmu, saudara perempuanmu sesusuan, mertuamu, anak-anak isterimu yang telah kamu campuri isteri, anak kandungmu dan menghimpun dua orang bersaudara, kecuali yang telah telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha penyayang, --Annisa 23).

i. Materi kecerdasan akal tentang ilmu hitung atau matematika. Ini dapat dipahami pada surah Ali Imran ayat 190: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Di sini dikenalkan perjalanan hari untuk menghitung waktu berlalu sehingga manusia dapat menghitung tanggal, bulan, dan tahun umur manusia, atau untuk kegiatan usaha penghitungan dan hisab lainnya. Dengan memikirkan peristiwa rutinitas yang disksikannya setiap hari sampai akan muncul pengakuan alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah.

j. Materi kecerdasan akal melalui bahasa. Ada kalanya kecerdasan akal ini menggunakan materi bahasa ini dapat kita lihat pada alQur’an alkarim ayat 3 dari surah alzukhruf ;

Artinya: Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya ( Surah 43: 3 ). Kemudian pada ayat 3-4 dari surah Fushshilat:

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui, yakni yang membawakan berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling maka mereka tidak mau mendengarkan ( Surah 41 : 3-4 ).

Untuk mengantarkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal ini kepada peserta didik diperlukan bahasa .Adapaun bahasa yang dipakai oleh Al-Qur an adalah bahasa Arab. Bahasa itu bermacam-macam seperti banyaknya macam suku bangsa yang ada di dunia ini sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh suatu bangsa.Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Allah menurunkan Al-Qur an itu dengan menggunakan bahasa arab. Bukankah yang menghuni dataran di seluruh benua ini manusia dengan berbagai bahasa. ? Inilah makanya di akhir ayat disampaikan pernyatan bahwa laallakum ta’qilun mudah-mudahan kamu berakal (berfikir). Jadi usaha berfikir atau menggunakan kemampuan akal mecari pengetahuan untuk dapat memikirkan kebesaran Allah sehingga terlontar lah ucapan dan decak kagum rabbana ma khlaqta haza bathila subhanaka faqina azab annnar. Ketika manusia sudah dapat melihat kejadian luar negeri dibidang kemajuan negaranya barulah terucap kalimat tadi maha suci Allah tidak ada tandingan kecerdasan yang dimiliki Allah walau seseorang manusia terkaya pun, tercantik dan lain-lain. Maka orang yang tidak mau menggunakan kemampuan akalnya maka dia akan menjadi rugi di dunia apalagi diakhirat.sesuai dengan ayat 22 surah al anfal : Sesungguhnya makhluk yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang yang pekak ,bisu tuli yang tidak mengerti apa-apa ( Surah 8 :22 ) Yusuf Qardhawi menulis bahwa orang-orang yang demikian itu mendengarkan dengan telinga dan memahaminya dengan akal yang kosong karena pada hakikatnya tuli. Sementara Hamka menyatakan bahwa diantara segala binatang yang paling hina adalah binatang yang pekak bisu tuli karena tidak memakai akalnya . Yang dimaksud dengan binatang itu adalah manusia sebagai binatang merayap berkaki dua. Manusia kalau tidak menggunakan akalnya nilainya lebih hina dari binatang merayapdengan perut dan melangkah dengan kaki empat. Manusia yang pekak buta bisu itu adalah jika telinganya tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang disuruh Allah disangka bisu kalau mulutnya tidak untuk mengatakan yang benar; dan seterusnya.

Penutup
Materi pendidikan yang ditulis dalam Al-Qur an adalah untuk memunculkan tujuan-tujuan kemaslahatan manusia dalam arti luas.yakni supaya manusia itu dapat menemukan hidayah Allah yang tidak akan datang begitu saja tapi melalui kemauan dan kemampuan akal pikiran serta upaya pelatihan yang terus menerus sehingga akal manusia itu dapat menangkap nilai-nilai ilmu pengetahuan itu sambil mengeluarkan ucapan subhanaka faqina azab annar. Manusia yang menggunakan akal ini disebut dengan ulul albab atau orang yang ya’qilun atau orang yang ‘aqilun, atau yatafakkarun, yarsyudun, sehingga mereka itu disebut dengan ulama.
Sementaraitu menurut Quraish Shihab menulis pada bukunya yang berjudul membumikan alQur’an bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh Allah dalam Al-Qur an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya. Manusia yang terdiri dari unsur-unsur jasmani dan rohani Pembinaan akalnya menghasilkan kesucian dan etika sedangkan pembinaan jasmaninya akan menghasilkan keterampilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar