Oleh : Drs. Yulizal Yunus, M.Si
I. Karya sastra Islam
+ Islam : Seni = nufur dan khisham/ kontroversi
+ Arah dalam berimajinasi :
(1) Surat Syu’ara : imjinasi tak menyimpang dari iman dan keshalehan dalam berkarya
(2) Hadist : imajinasi dalam memenej perasaan (‘athifah) dalam kontrol kata sarat nilai hikmah.
(3) Ta’rif fann Islami : esensi nilai (1) pengajaran yang indah, (2) hikmah, (3) irsyadah (panduan – ke jalan yang haq (benar-lurus dan Tuhan), sair ilallah/ jalan menuju Allah.
(4) Keindah, canel mencapai Tuhan : inn Allah jamal yuhibb al-jamal
(5) Triple-E : (a) Estetika, (b) Erotika dan (c) Etika (vs l’art for l’art)
(6) Ulama dan Sufi/ meta fisik Islam menulis syair - ibadat
II. Karya sastra Taufi Ismail genre puisi terdapat tema dan pesan Islam
+ Sastra Taufik (syi’r munasibat/ occasional poetry) tidak dilihat pada simbol Islam saja : do’a, masjid, sajadah panjang, peci, jilbab/ jlabiyah/ jubbah, mukenah, sarung dst.
+ Lebih banyak dilihat pada kata yang mashunah (sarat) dengan makna, nafas, roh dan nilai Islam.
+ Ulama : Taufiq Ismail (Pujangga lama + Melayu Rendah : A-50an60an +A66-70an+ 80an+ A2000an dan Cybersastra) atau Sastra Materi Ajaran : Sastra Zikir (Nabi saw: nuthqi zikran/ bicara zikir, sumti fikran/ diam berfikir).
Lihat nafas puisi Taufiq, ada nilai tidak menyukai budaya al-khadzb (الكذب /dusta) dalam fenomena hilangnya budi pekerti mulia (al-akhlaq al-mahmudah/ الأخلاق المحمودة ) di bawah payung (tema) iklim budaya politik tak menentu di tanah airnya, pada baitnya dalam “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” (1998) yang mirip syair hija` (هجاء) Arab sbb.:
“…ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
…
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak…”
Sarta ulama materi ajaran (Syeikh Muhammad Dalil, 1916)
Ahli fiqh orang arifan/ dengan segera fatwa dijatuhkan/ tidak difikir dalam pikiran/ jadi menyesal akhir kemudian.
III. Kesusasteraan Indonesia genre puisi Islami terdapat pada banyak tema dan pesan Islam
+ Era Sastra Indonesia (si) dan perubahan dalam setting waktu
(a) Pujangga lama (sebelum abad 20) dominasi syair, pantun,gurindam, hikayat.
(b) Sastra Melayu Rendah (1870-1942) mula (kumunitas Cina dan Indo Eropa) era terj. novel barat, kehidupan pernyaian (cabul) misi politik – liar : banding karya sastra ulama mengajarkan materi ilmu ke-Islaman.
(c) Angkatan Balai Pustaka (1920-1950): puisi gantikan kedudukan syair, novel (roman), cerpen, drama : rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
(d) Pujangga baru: intelektual, nasionalistik dan elitis awal si.modern. sastra romantik dan idealistik. 2 pok : seni untuk seni/ Sanusi Pane, seni untuk pembangunan masyarakat/ STA dkk pimpin Majalah Poejangga baroe
(e) Angkatan ’45 : sastra realistik, cover pengalaman hidup dalam gejolak sosial-politik-budaya
(f) Angkatan ’50-an : dominasi cerpen dan kumpulan puisi. Majalah sastra/ HB Yasin (mati 1956). Sastrawan pecah, biang Lekra/ gerakan komunis di kalangan sastrawan konsep : sastra realisme-sosialisme – vs Manikebu.
(g) Angkatan ’50-60-an : menguat budaya barat, konflik dg budaya timur.
(h) Angkatan ’66-70-an : Lahir Horison. Semangat avant-garde. Sastra aliran surealism, kesadaran, arketip, absurd dll.
(i) Dasawarsa 80-an : dominasi roman percintaan, mis. Marga T
(j) Angkatan dasawarsa 2000-an : arus barat terus menguat. Refleksi sospol 90-an, reformasi 1998.
(k) Cybersastra : interner memasuki komunitas sastra. Banyak sastra di dunia maya, ada banyak situs sastra.
+ Sastra Islam :
(a) sastra zikir (Taufiq Ismail)
(b) sastra sufistik (Abdul Hadi WM)
(c) sastra profetik (Kuntowijoyo)
(d) sastra pencerahan (Danarto)
(e) sastra dunia dalam (M. Fudoli Zaini)
(f) sastra transendental (Sutardji Calzoum Bachri).
IV. Posisi karya Taufik Ismail punya status signifikan dalam perkembangan khazanah kesusasteraan Islam di Indonesia
+ Puisi Taufiq Ismail dalam khazanah sastra Islam, sastra Agung:
(a) Pengisian bahasa naratif dengan kekayaan pengalaman religius
(b) Esensi pengalaman itu melampaui derjat diskriptifnya terhadap fenomena.
(c) Nilai Islami pada puisinya tidak terletak pada kata-kata simbol Islam
(d) Kekuatannya terletak pada makna ajaran dan keindahan narasi
(e) Ada nilai hikmah, mau’izhah dan irsyadah (tuntunan) dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998), Ketika Burung Merpati Sore Melayang (1998), Sajadah Panjang dipopulerkan Group Musik Bimbo, Dengan Puisi Aku (…berdoa) 1965, Do’a (1966) dll.
(f) Ada pemahaman akidah dan syari’at dank e-Islaman yang benar.
+ Puisi Taufiq dalam perkembangan sastra Indonesia nafas Islam
(a) Ada isyarat-isyarat pemahaman kuat tentang ke-Indonesiaan dan akmbn (aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara): hubb al-wathan.
(c ) Taufik (55 tahun) dalam 5 zaman/ era sastra Indonesia dalam 3 pilar sejarah Indonesia (Orla, Orba dan Reformasi):
Angkatan ’50-60-an
Angkatan ’66-70-an
Dasawarsa 80-an
Angkatan dasawarsa 2000-an
Cybersastra
(b) Dari perspektif kedalaman Taufik itu menyelami peristiwa akmbn dalam bahasa politik dan diskripsinya dalam narasi diisi makna religiositas sastra yang dalam pada puisinya menempatkan Taufiq pada posisi penyair Islam terbesar di awal abad ke-21 ini.
Selasa, 03 Maret 2009
Karya Taufik Ismail dalam Perkembangan Khazanah Sastra Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar