Jumat, 30 Oktober 2009

Islam di Sicilia

Oleh : DR.H. Saifullah SA., MA (Dosen Jur. SKI - Pernah menjadi Pensyarah Kanan pada FPI UKM Malaysia 2006-2008)

Secara geografis, Sicilia merupakan sebuah pulau kecil di Laut Tengah, dipisahkan oleh Selat Messina dengan daratan semenanjung Italia. Pulau Sicilia bentuknya mendekati segitiga dan oleh sementara orang dianggap mirip ”sepatu bot Romawi”, dengan luas 9.926 mil persegi. Di sebelah utara Sicilia terdapat Teluk Palermo, dan ditimurnya Teluk Catania, kedua teluk ini agak curam, sedang didaerah selatan pantainya agak landai dan datar, wilayah barat berbukit-bukit memanjang sejajar dan berkaitan dengan Italia selatan. Di wilayah timur Sicilia terdapat gunung Edna dengan ketinggian 11.870 kaki diatas permukaan laut, salah satu gunung berapi yang aktif di dunia.

Pulau Sicilia, merupakan penghubung antara daratan Afrika dan daratan Eropah. Itulah sebabnya pulau ini dianggap sangat strategis dan dijadikan ”bamper” atau benteng pertahanan terdepan dari berbagai kekuasaan yang menguasainya. Pada permulaan perluasan wilyah Islam di Afrika Utara, Sicilia dijadikan benteng pertahanan selatan oleh Byzantium. Pada masa pemerintahan Constans II (641-648) dia sengaja meninggalkan pusat pemerintahannya di Konstantinopel, dan bertapak di Sicilia, dalam rangka memberikan perhatian penuh pada pertahanan Byzantium dari ”bahaya dari timur dan selatan” yakni Islam. Sebaliknya bagi kekuatan Islam, Sicilia juga merupakan posisi penting menghadapi bahaya dari kekuatan-kekuatan Eropah umumnya dan Italia serta Byzantium khususnya.
Karenanya semua pihak berpendapat bahwa pulau Sicilia punya posisi sangat penting dan strategis dan karenanya pula perlu diduduki dan ditaklukkan.


1. Berbagai upaya penaklukan
Ketika Umar ibn al-Khattab (634-644) memegang tampuk pemerintahan di Madinah, beliau telah merasa aman bila wilayah Islam dipisahkan oleh air (lautan) dengan wilayah musuh (Byzantium), oleh itu beliau menolak usul Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menyerang Cyprus, walaupun pada waktu yang sama beliau mengabulkan permintaan Amr bin ’Ash untuk menundukkan Mesir.
Tetapi pengganti Umar yakni ’Utsman bin Affan melihat besarnya kemungkinan armada laut Byzantium sewaktu-waktu dapat mencapai wilayah Sirya dan Palestina, oleh itu ’Utsman menyetujui memperkuat perbatasan laut, dan bersetuju untuk mendirikan galangan kapal di Alekxandria, Mesir. Semenjak itu, maka secara beruntun armada Islam melakukan penyerangan ke beberapa pulau di Laut Tengah.
Cyprus direbut tahun 649, tahun 650 menduduki pulau Rhodes, dan pada tahun 652 Abdullah – panglima pasukan dari Mesir – memukul mundur pasukan Yunani dari pulau-pulau selatan Yunani.
Untuk pertama kali Muawiyah – Khalifah pertama bani Umayyah – mengirim satu armada langsung menuju Sicilia. Serangan pertama ini tidaklah dimaksudkan untuk menduduki Sicilia, tapi sekedar ”menakut-nakuti” pasukan musuh, dan membuktikan bahwa kekuatan Islam ”boleh”.
Peperangan yang lebih besar terjadi antara gabungan pasukan Muawiyah (dari Sirya) dan Abdullah (dari Mesir) dengan pasukan Kaisar Constans II (655), di sekitar Afrika Utara yang ketika itu masih dibawah kekuasan Byzantium. Pada 693-694 Hasan bin Nu’man dapat menduduki kota benteng Carthage, dan penguasanya melarikan diri ke Sicilia. Dengan kejatuhan Carthage, maka Laut Tengah telah menjadi ”wilayah laut” Islam. Kapal-kapal dagang bangsa Gothia, Franka dan Lombardia yang biasanya mondar mandir di Laut Tengah, telah menjadi sasaran pasukan Islam. Panglima-panglima Islam secara sporadis menyerang pulau-pulau Balearic, Sicilia dan Sardinia.
Penyerangan yang berarti terhadap Sicilia, dilakukan oleh Ubaydah bin Abd. Rahman pada 728, kemudian oleh ’Utsman bin Abi ’Ubaydah (729), dibawah pimpinan Mustanir bin al-Haris (729). Suasana saling serang dan kadang-kadang berdamai ini, menyebabkan kedua belah pihak memperkuat benteng pertahanan masing-masing. Pasukan Charlamagne dan Gregory memperkuat benteng di Sicilia, Ibrahim bin Aghlab memperkuat benteng di Qairawan (Afrika Utara), sebagaimana juga Harsma bin ’A’yan di Tripoli.
Bagi pihak Islam – baik di belahan timur : pantai Palestina dan Lebanon – maupun di Afrika Utara, dan beberapa pulau yang telah dikuasai Islam, posisi Sicilia yang masih berada di tangan Byzantium, bagaikan ”duri dalam daging”, yang selalu menjadi masalah. Sedang bagi pihak Byzantium, dengan telah dikuasainya sekeliling Laut Tengah oleh Islam, maka mempertahankan Sicilia merupakan keharusan.
Pada tahun 826, terjadi konflik internal pasukan laut Byzantium. Comander Euphemius, berontak terhadap atasannya Kaisar Michael II dari Contantinopel, dan berhasil merebut Syracuse, tapi kemudian Euphemius dikalahkan oleh perwira lain bernama Balata. Euphemius melarikan diri ke Afrika Utara dan meminta Dinasti Aghlab melakukan intervensi ke Sicilia. Inilah titik awal pendudukan Sicilia oleh Islam.

2. Penaklukan Bani Aghlab ke Sicilia
Euphemius yang merasa berjasa besar mempertahankan Sicilia, dikalahkan oleh Balata dan melarikan diri ke Afrika Utara, dan meminta Ziyadat Allah untuk melakukan intervensi ke Sicilia. Ziyadat Allah yang telah lama menunggu peluang ini, mengirim panglima Asad ibn al-Furat untuk menyerang Syracuse dan mengepungnya selama setahun. Diakhir pengepungan Asad ibn al-Furat meninggal dunia dan digantikan oleh Muhammad ibn Abi al-Jawari. Karena pasukan Islam belum terbiasa bertempur di laut, maka pertempuran dilanjutkan melalui pertempuran darat, yang justru membawa kemenangan Islam. Berturut-turut mereka menguasai Mineo, kemudian Girgenti dan kemudian mengepung Castrogiovanni. Euphemius yang selalu mendampingi pasukan Islam sejak dari Afrika Utara meninggal dunia dikota ini.
Walaupun kedudukan pasukan Islam kadang-kadang kalah dan mengundurkan diri dari suatu wilayah, tapi pada umumnya, sejarawan menyatakan bahwa pendudukan Islam secara tetap di Sicilia adalah pada 827, dibawah kepemimpinan Bani Aghlab. Posisi Islam semakin kuat setelah kota Palermo dapat diduduki pada 12 September 831, dan seterusnya menjadikan Palermo sebagai ibukota, dan mengangkat Abu Fihr Muhammad bin Abd. Allah sebagai wali (gubernur) Aghlab di Sicilia 832). Wali lain yang dianggap berhasil di Sicilia adalah Abu Aghlab Ibrahim bin Abdullah, yang berhasil memperluas wilayah ke hampir seluruh wilayah Val di Mazara (841), Messina (842-3), Rogusa (845), Lentini (846-7). Pada 851 Abu Aghlab Ibrahim bin Abdullah wafat dan digantikan oleh Abbas bin Fadl bin Ya’qub sebagai wali Aghlab di Sicilia.
Secara keseluruhan Sicilia merupakan satu wilayah yang paling lama bertahan dan paling sukar untuk ditundukkan, berbanding wilayah-wilayah lain di Persia, Afrika Utara dan Spanyol. Hal itu disebabkan karena hampir setiap kota memiliki kota benteng yang tangguh, yang dipertahankan oleh rakyatnya secara mati-matian. Bagi pihak pasukan Islam, yang terbiasa bertempur secara terbuka di lapangan terbuka, maka pertempuran dari benteng ke benteng disamping merupakan hal yang baru, juga sukar dimenangkan. Seluruh Sicilia baru dapat ditaklukkan pada 902, setelah bertempur selama 75 tahun.

3. Pemerintahan Islam di Sicilia
Pendudukan Sicilia baru tuntas pada 902. Pada 909, di Afrika Utara terjadi pergolakan pemerintahan pusat Bani Asghlab dan digantikan oleh Dinasti Fathimi, dan dengan sendirinya pemerintahan di Sicilia juga ikut beralih ke dinasti Fathimi. Dinasti Fathimi mengangkat Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris sebagai wali di Sicilia, namun ternyata orang-orang Arab di Palermo tidak bersetuju menerima al-Fawaris, dan membai’at Ziyadat Allah bin Qurhub (seorang bangsawab dan pimpinan informal Sicilia) untuk memimpin Sicilia. Ibnu Qurhub mengembalikan ritual yang sebelumnya dijalankan menurut ajaran Syi’i, kepada ajaran Sunni, karena kebnayakan penduduk Muslim Sicilia adalah Sunni. Secara berturut-turut pernah memerintah Sicila adalah Abu Musa ad-Dayf (915-919) (seorang berber suku Kutama), Salim Rasyid (919-937), Khalil ibn Ishaq (937-940), Ibn al-Kufi dan Ibn Attaf (940-948), al-Hasan ibn Ali ibn Abi al-Husayn a;l-Qalbi (948-965),
Pada masa pemerintahan keturunan Qalbiyah maka tamadun di Sicilia berkembang pesat, lebih-lebih pada masa pemerintahan Abu al-Futuh Yusuf ibn Abd. Allah (989-998). Untuk menggambarkan betapa kemajuan peradaban Sicilia pada masa ini, seorang pengembara Ibn Hawqal (943-977) menyatakan bahwa dia menyaksikan betapa di kota-kota Sicilia terdapat bangunan, pengaturan tata kota, istana dan masjid yang membuktikan betapa Sicilia telah maju dan tinggi peradabannya, di Palermo terdapat istana para wali yang indah dan menawan, kota ini memiliki tiga ratus mesjid, dan masjid Jami’nya dapat menampung sampai tujuh ribu jama’ah, Palermo juga punya tiga ratus guru, seluruhnya melambangkan kemajuan Palermo dan Sicilia.
Walaupun tidak seluruhnya, kebanyakan gubernur dan wali di Sicilia, cukup disenangi rakyat, sehingga secara politis keadaan cukup stabil dan berkembang. Para wali di Sicilia ternyata memiliki wewenang dan kekuasaan yang cukup tinggi, terbukti dengan dapatnya mereka memutuskan untuk berperang atau berdamai dengan musuh, tanpa harus menunggu keputusan pemerintah pusat di Afrika Utara. Gubernur juga berwenang menetapkan pembagian harta ghanimah secara langsung di Sicilia, bahkan gubernur dapat mencetak mata uangnya sendiri dengan mengukir namanya sendiri di mata uang bersangkutan di Sicilia.
Adapun menyangkut pranata sosial di Sicilia, banyak meniru pranata sosial di wilayah Islam lainnya. Jabatan dan hirearkhi pemerintahan Islam banyak diadopsi oleh Sicilia, sampai pada masa pemerintaha Kristen belakangan, seperti Janib, hajib, Silahi dan Jamadar. Dalam pengaturan istana banytak mengadopsi istana Fathimi di Mesir dan sebahagian istana Abbasi di Bagdad, seperti dalam pengaturan fityan (pelayan) istana. Pada masa Qalbi, para gubernurnya diberi gelar kehormatan langsung oleh Khalifah di Fathimi di Afrika Utara, seperti Abu Yusuf diberi gelar Tsiqat al-Dawlah, Ja’far diberi gelar Sayf al-Millah, dan Taj al_dawlah, sedang al-Akhl mendapat gelar Ta’yid al-Dawlah. Sedang dinasti Aghlab tidak memakai gear, kecuali Wali atau Gubernur.

4. Kependudukan dan peta pemukiman antar agama
Sejak masa pemerintahan Bani Aghlab, Sicilia mempunyai penduduk yang sangat beragam, baik bangsa asli Sicilia sendiri, atau pendatang, baik beragama Islam atau non-Muslim. Secara etnik mereka ada yang bangsa Yunani, Lombardia, Yahudi, Arab, Berber, Persia dan Negro. Bangsa Arab yang merupakan kelas penguasa (the ruling class), terdiri pula dari suku-suku Arab utara dan selatan jazirah Arab, Quraysh, Qays dan Yaman.
Dalam hal keagamaan, khususnya menyangkut pemeluk Kristian dapat dibagi kedalam 4 kategori : (1). Mereka yang tetap mengakui kekuasaan Byzantium, (2). Mereka yang terikat dengan kekuasaan Islam, kepada mereka ini diwajibkan membayar jizyah dan kharaj yang diperbaharui setiap sepuluh tahun. (3). Kristian vassa yang tinggal di daerah administratif Islam yang mendapat perlindungan (zimmi), yang diatur dengan hukum yang berlaku diukalangan mereka sendiri. Orang Zimmi diberi hak dan kebebasan menjalankan ibadah dan agamanya dan dilindungi hak miliknya. (4). Hamba sahaya Kristian, baik yang tertawan dalam peperangan, atau dibeli dalam perdagangan hamba, dan mereka yang menjadi buruh dalam pertanian orang Islam.
Daerah yang padat dihuni pemeluk Kristian adalah bahagian timur pulau, khususnya Val Demone. Sedangkan kaum Muslimin memadati kawasan Val de Mazara. Pertambahan penduduk Muslim terjadi karena migrasi yang cukup besar dari Arab dan Afrika Utara.

5. Perkembangan Perekonomian, Pertanian, Perkebunan dan Industri
Seperti sudah diketahui bahwa wilayah Sicilia adalah daerah yang cukup banyak curah hujan, sehingga sesuai untuk pertanian dan perternakan. Oleh Dinasti Aghlab diperkenalkan irigasi baik sistem hidraulic (peralatan untuk mengangkat air ke taraf yang lebih tinggi) dari Persia, sedangkan sistem siphon yang berasal dari Roma yang sudah lebih dahulu ada tetap dipertahankan. Dengan adanya irigasi (hempangan) ini maka pertanian, perkebunan berkembang maju. Kelak kita mengenal berbagai istilah reservoir air, arus dan kekuatan air, ukuran-ukuran yang diguna pakai di Sicilia adalah berasdal dari bahasa Arab.
Tanaman kapas dan rami dikembangkan di Giattini. Jeruk tumbuh di beberapa daerah sehingga di eksport ke luar negara. Orang Sicilia dan Eropah pada umumnya mengenal tanaman tebu, baik cara menanamnnya, cara menggilingnya dalam penggilingan dan mejadikannya menjadi gula adalah dari bangsa Arab. Adalah juga orang Arab yang memperkenalkan tanaman lontar, ulat sutera dan kenari hijau.
Industri pertambangan termasuk emas, perak, timah, air raksa, belerang, nafta, vitriol, antimony dan tawas berkembang pada masa ini. Sebahagian produksi belerang, garam ammonium dan fosphat ditambang dekat Gunung Edna. Kayu dihasilkan di lembah Cefalu yang subur dan luas. Di Palermo dan Carleone terdapat pabrik pakaian tiraz, sejenis pakaian yang populer pada masa itu.
Perdagangan dan eksport hasil pertanian dan pertambangan dikelola oleh bangsa Arab, perdagangan biji-bijian, ternak dan budak belian dikelola oleh bangsa Persia, selebihnya dikelola oleh bangsa Sicilia sendiri. Perdagangan Sicilia begitu maju, karena letak Sicilia yang sangat strategis, menghubungkan antara berbagai kota pelabuhan di Laut Tengah. Baik kota-kota di Asia Barat, Afrika Utara, Spoanyol, Perancis Selatan, Balkan dan Yunani, Konstantinopel dan Italia sendiri dengan beberapa kota pelabuhannya.

6. Perkembangan Kebudayaan
Bagaimana perkembangan Ilmu Pengetahuan di Sicilia dapat kita simak dari laporan perjalanan Ibn Hawqal yang datang ke Sicilia pada masa pemerintahan Abu al-Qasim (sekitar tahun 872-3). Palermo digambarkannya sebagai kota yang dikelilingi parit dan tembok. Dalam kota terdapat lima daerah pemukiman yang disebut harat. Istana gubernur terletak di kota lama Palermo, dibahagian lain terdapat tempat kediaman Amir dan para pembantunya, disekitarnya terdapat kantor-kantor dan arsenal atau gudang senjata dan penjara. Tentang perbentengan digambarkan Ibn Hawqal sebagai bangunan kukuh yang diapit oleh menara-menara pengintai, dan didalamnya berdiam para bangsawan, kesatria dan pedagang kaya. Kemudian ada wilayah yang disebut harat al-saqaliba yang terletak dekat pantai, menjadi tempat pertemuan para pelaut dan pedagang-pedagang asing. Berdasarkan laporan Ibn Hawqal tersebut, berarti Sicilia telah mengenal Ilmu Tata Kota (Landscaping).
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi, bahasa ilmiah dan lingua franca masyarakat Sicilia sehari-hari, budaya Arab menjadi pakaian dan kebangaan bangsawan-bangsawan Sicilia. Issak Velasquez dari Cordova pada tahun 946 menerjemahkan Injil dari bahasa Latyn ke Bahasa Arab, dan di Sicilia umat Kristian membaca Injil dalam bahasa Arab tersebut. Bahkan kemudian setelah penguasa Islam tumbang dan digantikan penguasa Kristian, budaya Arab tetap dipertahankan sebagai kebanggaan. Ketika Ibn Jubair berkunjung ke Sicilia tahun 1184, pada masa pemerintahan Raja Normandia William II (1166-1189), mengatakan bahwa wanita Kristian meniru pakaian model Arab, yakni jubah panjang, memakai jilbab atau kerudung, berinai danm berharum-haruman serta berhias dengan perhiasan model ketimuran.
Dibawah pemerintahan Normadia, berkembanglah budaya campuran antara Kristian dan Islam, antara Arab dan Sicilia, Barat dan Timur. Tapi bagaimanapun budaya Arab tetap dominan. Tiga orang raja Normandia yang beragama Kristian, memakai sistem organisasi, gelar, fungsi, pakaian dan upacara kebesaran diraja, yang berasal dari raja-raja Islam sebelumnya. Roger II menyebut dirinya al-Mu’taz bi Allah, William I memakai gelar al-Hadi bi Amr Allah, William II dikenal dengan julukan al-Musta’iz bi Allah. Sedang gelaran-gelaran lain yang sering digunakan sepereti al-Malik al-Mu’azzam al-Qidds. William I dan II amat dominan dipengaruhi oleh gaya hidup dan budaya Arab, berbanding Roger. William I dan II sama-sama fasih berbahasa Arab. William II mempunyai penampilan yang sangat menampakkan kemegahan seorang raja Islam. Frederick II (1215-50) sejak kecil telah diasuh menurut pendidikan Islam, namun pada akhirnya adalah Frederick II ini pula yang menyapu bersih umat Islam dari Sicilia. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada masa itu kebudayaan Arab sedang ”trendy” dan menjadi contoh model budaya tertinggi, sehingga digunapakai oleh penguasa Normandia.
Dalam surat-surat keputusan Resmi Kerajaan tercantum motto yang berdasarkan ayat Al-Qur’an surat An-Nhl : 22 (ilahukum ilahun wahidun) .
Ibnu Khaldun dalam analisisnya menyatakan bahwa adalah sangat wajar bangsa yang terjajah, meniru apa saja yang digunapakai bangsa Penjajah. Teori itulah yang berlaku di Sicilia.

7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan :
Cikal bakal Ilmu Pengetrahuan di Sicilia sebenarnya telah bermula sejak ekspedisi pertama dilaksanakan dibawah kepemimpinan Asad bin al-Furat, yang ketika itu berumur tujuh puluh tahun. Dia dipilih oleh Ziyadat Allah antara lain karena keulamaaannya atau kesarjanaannya, bukan sekedar karena kemampuannya dalam bidang militer. Bersama Asad ikut pula sejumlah sarjana lainnya untuk memperkuat ekspedisi tersebut. Hal ini menunjukkan adanya perhatian dan penghargaan yang tinggi kaum Muslimin terhadap orang yang beriman dan berilmu.
Para Penguasa masa Aghlab dab Kalbiyah sama-sama pencinta ilmu pengetahuan. Sicilia dijadikan destinasi dan atau transit keilmuan disamping Spanyol (Andalusia) pada masa itu.
Ilmu Fiqh merupakan cabang ilmu yang banyak mendapat perhatian, karena digunakan dalam mengatur masyarakat yang plural dan majemuk, mendampingi Hukum Romawi yang digunapakai sebelum dan sesudah era pemerintahan Islam. Bahasa Arab – baik sebagai bahasa akademik yang digunakan sebagai bahasa pengantar dunia keilmuan, maupun sebagai lingua franca bahasa pergaulan sehari-hari – dipelajari, didalami dan dikembangkan. Penerjemahan dari dan ke bahasa Arab berkembang pesat, banyak buku-buku ditulis dalam bahasa Arab.
Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi sumber hukum Islam, dipelajari dengan baik, bersamaan dengannya berkembang Ilmu Tafsir, Ilmu Musthalah hadits dan ilmu-ilmu bantu yang digunakan untuk mendalami kedua sumber utama hukum Islam tersebut. Ahli hadits dari Sicilia Abul ’Abbas banyak meriwayatkan hadits-hadits yang berasal dari Abu Dawud dan juga mengajarkan kitab Sejarah At-Tabari.
Dalam bidang ilmu kalam terkenal nama Abd al-Haq bin Muhammad dan Ibnu Zafar, sedang dalam bidang sastera tersebut nama Ali Hamzah al-Basri, seorang pengagum al-Mutanabbi. Dalam bidang sejarah pula tercatat nama Abu Zayad al-Ghumari, seorang Berber, bidang fisika terdapat tokoh Abu Sa’id Ibrahim dan Abu Bakar al-Siqili, dan bidang kedokteran Abu Abbas Ahmad bin Abd. Al-Salam, yang pernah menulis komentar tentang karya Ibnu Sina dalam bidang kedokteran.
Beberapa nama terkenal yang hidup dan berkhidmat di Sicilia atau wafat di Sicilia, antara lain : Muhammad ibn Khurasan seorang sarjana Al-Qur’an yang berasal dari Khurasan, belajar di Mesir dan Iraq, berkiprah di Sicilia dan wafat disini tahun 996. Ismail bin Khalaf yang juga pernah belajar di Mesir kemudian berkhidmat di Sicilia, tapi kemudian karena pergolakan politik hijrah ke Spoanyol dan kemudian ke Mesiur dan wafat di Mesir (1063). Bukunya yang terkenal Kitab al-’Uyun fi al-Qira’at, masih tersimpan di Berlin, Istambul dan Bankipor.
Yang paling terkenal adalah al-Syarif al-Idrisi yang hidup dan mengabdi pada masa Roger II pada masa pemerintahan Normandia. Idrisi menulis buku Nuzhat al-musytaq fi ikhtiraq al-afaq, atas pesanan dan biaya Roger II, sehingga kitab itu disebut juga al-Kitab al-Rujari, yang selesai ditulis tahun 1154. Ia seorang ahli Ilmu Bumi, yang menciptakan dan menghadiahkan bola bumi (globe) kepada Roger II.

Disamping itu juga berkembang ilmu filsafat, sejarah, ilmu bumi, astronomi, kimia, matematika, pertanian, ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Secara keseluruhan posisi Sicilia dalam peta keilmuan dunia waktu itu, adalah penghubung dan mata rantai transformasi ilmu dari dunia timur (Islam) ke dunia Barat (Kristian), disamping melalui Spanyol, dan wilayah pendudukan Turki Utsmani di Eropah Timur.


8. Perpecahan internal (dalam) penguasa Muslim sebagai faktor dominan mundurnya Islam di Sicilia.
Perpecahan bermula ketika Sicilia diperintah oleh al-Akhl dari Dinasti Kalbi, yang merupakan bahagian dari Dinati Fathimi di Mesir (Afrika Utara), muncul pemberontakan yang dipimpin oleh Abu Hafs yang didukung oleh Abdullah bin al-Mu’iz dari Dinasti Ziri (Afrika Utara). Dalam peperangan segitiga ini, al-Akhl dari Dinasti Kalbi dapat dikalahkan – bahkan dibunuh (1038) -- oleh pemberontak Abu Hafs dan Abdullah Dinastri Ziri. Namun ternyata kemudian Abdullah bin Mu’iz dapat diusir dari Sicilia oleh Hasan As-Samsam, putera mahkota Kalbi. Sekalipun Hasan as-Samsam dapat menguasai keadaan, Sicilia sudah tidak padu bersatu lagi.
Pasukan Byzantium dibawah pimpinan Maniakes bersama 15.000 pasukan menyerang dan mengepung Messsina selama hampir dua tahun. (1037-39). Tahun 1041 pasukan Byzantium menundukkan Rametta, Troina dan sekitar Edna.
Walaupun As-Samsam dapat merebut kembali kota-kota tersebut, tapi Sicilia telah pecah dan diperintah oleh masing-masing penguasa kota benteng (qa’id) yang memerdekakan diri, semisal Muluk al-Tawaif di Spanyol. Abdullah bin Mankut menjadi yang dipertuan di Trapani, Marsala, Mazara, Sciacca dan daratan di ujung sebelah barat. Ali bin Ni’ma atau Ibnu Hawwas menjadi yang dipertuan di Castrogiovanni, Girgenti dan Castronovo. Ibnu Maklati menjadi yang dipertuan di Catania. Bahkan As-Samsam kemudian dimakzulkan dari tahtanya, dan dengan demikian maka berakhirlah kekuasaan dinasti Kalbi di Sicilia. Di Palermo sendiri berkuasa sisa-sisa bangsawan yang lemah, dan seluruhnya tidak pernah bersatu menghadapi musuh bersama yakni Byzantium dan Normandia.


9. Penaklukan Sicilia oleh Normandia
Tanah asal atau leluhur bangsa Normandia adalah semenanjung Scandinavia. Bangsa Normandia adalah sebangsa “perompak dan bajak laut yang belum berperadaban”. Kebanyakan mereka menyerang suatu kota pelabuhan, merampas semua isi kota dan akhirnya setelah membakar kota tersebut, mereka kembali ke kapal-kapal bajak laut mereka. Begitulah bangsa Normandia terkenal sebagai bangsa perompak dan samun laut yang ditakuti. Mereka telah menyerang berbagai kota di Inggeris, Perancis, Andalusia, Italia Selatan dan kemudian Sicilia.
Pada awal abad kesebelas, ketika Normandia muncul di Italia Selatan. Italia tenmgah berpecah belah antara penguasa lokal, Byzantium dan Lombardia, sehingga dengan mudah dapat menduduki Italia (1071).
Bangsa Normandia yang telah berkuasa di Italia Selatan, merasa terancam dengan kedudukan pasukan Islam di Sicilia, disamping itu juga tergoda oleh kesuburan dan kekayaan Sicilia.
Pada tahun 1053-1060, di Sicilia muncul seorang qaid baru bernama Muhammad bin Ibrahim as-Suma atau yang lebih dikenal dengan as-Suma. As-Suma sangat ambisius dan haus kuasa, untuk itu dia menaklkukkan Maklati di Catania, mengalahkan Ibnu Mankut di sebelah barat Sicilia, menyerang Ibnu Hawwas di Castrigiovanni. Tapi ternyata sejarah tidak berpihak kepadanya, As-Suma hampir dikalahkan oleh pasukan gabungan Ibnu Maklati, Ibnu Mankut dan Ibnu Hawwas. Merasa terjepit As-Suma mengundang bangsa Normandia untuk menyerang Sicilia. Inilah titik paling tragis kehancuran Islam di Sicilia, yakni ketika As-Suma mengundang Normandia untuk mengalahkan pasukan Islam saudaranya sendiri.
Bagi Normandia, undangan As-Suma bagaikan pucuk dipinta ulam tiba, pada Februari 1061, Roger menyerang Messina, dan setelah bertempur habis-habisan Roger dapat menguasai Messina, dan satu demi satu kota dapat ditaklukkannya, selama peperangan yang memakan waktu tiga puluh tahun. Dan pada 1091 berakhirlah kekuasaan Islam seluruh Sicilia dan seterusnya berada dibawah kekuasaan Normandia.

10. Umat Islam dibawah pemerintahan Kristen
Mulai tahun 1091 maka umat Islam di Sicilia, secara keseluruhan dan serta merta berada dibawah kekuasaan Penguasa Normandia yang Kristian. Walaupun pada awalnya dan di negeri asalnya bangsa Normandia kurang berperadaban, tapi setelah beberapa tahun berasimilasi dengan masyarakat Muslim Sicilia, mereka berangsur-angsur mulai menghargai peradaban, dan kemudian mencintai ilmu pengetahuan
Perbedaan perlakuan penguasa Katholik Spanyol dengan Pengusa Kristian di Sicilia adalah bahwa di Spanyol terjadi pemaksaan pertukaran agama (pemurtadan/konversi) sedang di Sicilia perlakuan agak lebih lunak, tapi tetap memberikan tekanan pada penduduik Muslim. Penguasa Normandia membolehkan umat Islam tetap berada dalam agama Islam, tapi memberikan kesempatan dan peluang bagi masyarakat Kristian secara berangsur-angsur menduduki wilayah Muslim. Penduduk Lombardia dalam jumlah besar berimigrasi ke wilayah-wilayah Butera, Lazza, Randazo, Vicari, Capizi, Nicosia dan Muniaci. Pada akhirnya penduduk Muslim terjepit dan akhir sekali terpaksa pindah meninggalkan Sicilia. Walaupun penguasa puncak tetap toleran pada umat Islam, tapi “baron-baron” yang menjadi kaki tangan kerajaaan bertindak melampiaskan kemarahannya pada Umat Islam. Dalam setiap terjadi kerusuhan atau masalah sosial, maka yang menjadi sasaran dan kambing hitam adalah umat Islam.


11. Pengusiran Umat Islam dari Sicilia
Semakin hari semakin tekanan dan penyiksaan terhadap Umat Islam semakin keras, pada tahun 1160 Tancred of Lecce melakukan pembunuhan massal di Butera, dan pada waktu kematian William II (1189), sekali lagi Tancred of Lecce melakukan pembunuhan massal terhadap sekitar seratus ribu umat Islam di Palermo. Hal yang sama berlaku hingga tahun 1190,
Puncak tekanan adalah pengusiran umat Islam di Sicilia yang dilakukan oleh Frederick II secara beruntunm pda 1221, 1222 dan 1224. Pada 1224, sisa-sisa terakhir umat Islam di Sicilia dibuang ke Lucera di Apulia, dan pada 1246 tidak ada lagi sisa umat Islam di Sicilia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar