Oleh : Drs.H. Rusydi Ramli, MA (Dosen Jur. SKI)
Naskah Fakih Saghir ‘Alamiyah Tuanku Saming Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo adalah sebuah naskah/teks yang ditulis oleh Fakih Saghir sendiri dengan tulisan Arab Melayu. Naskah ini diterbitkan oleh DR.JJ.Hollander di Leiden pada tahun 1857 sebagai buku pelajaran bahasa Melayu (Maleisch Leesboek) dengan judul “Verhaal van denaanvang der Padri Onlusten Op Sumatra door Sjekh Djilal Eddin (cerita dari permulaan Perang Padri di Sumatera oleh Syekh Jilal Eddin). Sumber dari penerbitan naskah ini berasal dari dua naskah tulisan tangan yang bersumber dari naskah asli yang sama.
Pertama, dari naskah yang tersimpan pada perpustakaan Akademi Kerajaan di Delf yang dialih tulis oleh Meursingge, sebagai tulisan tangan yang dinilai baik dan dapat dipercaya oleh Hollander. Kedua, berasal dari naskah tulisan tangan DR.Lenting melalui alih tulis pada tahun 1824 di Batavia dengan bantuan juru tulisnya Muhammad Tjiang Said Allah.
Menurut Karel J. Steenbrink, naskah Jalaluddin ini adalah naskah yang paling menarik sebagai informasi tentang gerakan Padri, karena kebanyakan dari informasi mengenai Padri berasal dari orang-orang yang menentang gerakan tersebut. Naskah ini pernah dilampirkan dalam tulisan De Stuers pada tahun 1849. Dari edisi DR.Hollander diatas, diusahakan menjadi sumber untuk mendapatkan gambaran pemikiran dari salah seorang pelaku gerakan Padri dan gambaran tentang pembaharuan di Minangkabau. Keabsahan dari naskah edisi Hollander ini tidaklah diragukan lagi karena pemilihan sumber yang selektif dari DR.Hollander sendiri.
Judul asli dari naskah ini adalah “ ‘Alaamah dari saya Fakih Saghir ‘Ulamiyah Tuanku Saming Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo jua adanya”. Judul diiringi dengan doa “Allah jualah yang memberi petunjuk kepada jalan kecerdasan”. Hal ini memberi gambaran tentang harapan masyakarat paling kurang harapan sipenulis pada sa’at itu, ialah kecerdasan atau intelektual. Isi naskah Jalaluddin menyebutkan tentang pribadi dan pengetahuan yang diperolehnya serta gambaran masyarakat Minangkabau waktu itu, lengkapnya beliau bagi sebagai berikut : (1). Asal perkembangan ilmu syari’at dan hakikat, (2). Asal teguh larangan dan pegangan agama Allah, agama Rasulullah, (3). Perang hitam dan putih, dan (5). Kedatangan kompeni Belanda.
Fakih Saghir Tuanku Saming Syekh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo adalah salah seorang murid Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, Ampek Angkek Agam. Berdua dengan Tuanku Nan Renceh, Fakih Saghir adalah murid yang cerdas dan harapan guru. Adalah suatu keharusan pada waktu itu bagi murid yang telah tamat dan berhasil untuk membuka surau (tempat) pengajian baru. Fakih Saghir disamping tetap mendamping gurunya Tuanku Nan Tuo, beliau juga membuka tempat pengajian pada surau Bapaknya di Batu Tebal (Agam). Tetapi sewaktu terjadi perselisihan antara Tuanku Nan Tuo dengan kaum adat dan parewa, surau (madrasah). Fakih Saghir dibakar. Menurut Hamka, Fakih Saghir adalah putera dan murid Tuanku Nan Tuo. Tetapi dalam naskah tidak kita jumpai bukti yang menunjukkan bahwa beliau adalah putera dari Tuanku Nan Tuo. Fakih Saghir merupakan murid yang paling setia mendampingi Tuanku Nan Tuo disamping adanya hubungan keluarga. Dalam naskah kita jumpai kata-kata Tuanku Nan Tuo memanggil Fakih Saghir dengan kalimat “hai mushaharah”.
:: Pembahasan mengenai isi Naskah, lihat Artikel sebelumnya (Naskah Otobiografi Syekh Djalaluddin Faqih Saghir Bagian 1 dan 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar