Oleh : Dra. Sismarni, M.Pd (Dosen Jur. SKI)
Tulisan ini membahasa tentang capaian-capaian peradaban pada masa Dinasti Umayah di Andalusia. Terutama capaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Capaian-capaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, dalam konteks historis memiliki pengaruh yang sangat implikatif terhadap perkembangan peradaban dunia, khususnya peradaban ummat Islam pada masa-masa berikutnya.
A. PENDAHULUAN
Pemikiran ilmiah selalu berada dibelakang setiap kemajuan yang dicapai oleh manusia dari masa kemasa. Langkah pertama dimulai ketika manusia menemukan bagaimana caranya belajar melalui cara mencoba coba (trial and error) dan cara inilah yang kemudian membimbingnya kepada pengetahuan yang ilmiah yaitu ilmu pengetahuan yang melibatkan observasi dan eksperimentasi yang mencakup ilmu-ilmu kealaman dasar seperti astronomii, geologi, fisika, botani, zoology, farmasi, kedokteran dan lain-lain. Dalam Islam ilmu pengetahuan tumbuh subur melalui kerja keras ratusan sarjana-sarjana yang berhasil menerjemahkan karya-kaya saintifik kuno kedalam bahasa Arab. Hasil terjemahan tersebut mereka tambahkan dengan pikiran-pikiran Islam dan akhirnya melahirkan bebagai karya-karya ilmiah.
Ketika Islam berkembang di beberapa negara seperti, Persia, Irak, Mesir, Andalusia dan lain-lain, maka,sains dan teknologi juga ikut berkembang. Berkembangnya sains dan teknologi di Andalusia khususnya telah memberikan pengaruh ke Eropah. Bangsa-bangsa Eropa tertarik untuk mempelajarinya, hal ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa.yang berdatangan dari berbagai negara untuk menuntut ilmu pengetahuan di sana. Karya-karya para ilmuan Islam tersebut merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan Eropa terutama dalam menghantarkan Eropa kepada zaman renesance. Kemudian juga dimanfaatkan sebagai standar di universitas-universitas Eropa sampai abad ke 17 M. Bagaimana perkembangan sains dan teknologi di Andalusia pada masa pemerintahan dinasti Umaiyah? itulah yang ingin diungkapkan dalam tulisan ini.
B. MASUKNYA ISLAM KE ANDALUSIA
Sebelum kedatangan umat Islam, daerah ini berada di bawah kekuasaaan bangsa Gothia. Penguasa Visigoth di Andalusia kurang disenangi oleh rakyatnya termasuk umat Kristen (Romawi ) yang berada diluar Andalusia. Hal ini disebabkan bangsa Gothia berkuasa dengan semena-mena. dan berlaku kejam serta selalu melakukan penekanan terhadap rakyat. Penduduk golongan menengah mereka bebani dan diharuskan membayar pajak, di samping itu penguasa juga melakukan berbagai pungutan yang memberatkan. Selain dari itu rakyat Andalusia mereka jadikan budak dan petani-petani kecil yang harus menggarap tanah untuk tuan-tuan tanah bangsa Gothia. Nasib rakyat ini sama seperti yang dialami sewaktu wilayah ini dikuasai oleh penguasa Romawi. Penduduk golongan menengah termasuk kaum pedagang dan lain-lain merasa dilukai perasaannya karena mereka dalam bidang keuangan, politik, sosial dan perekonomian sangat jauh dari azas-azas kemanusiaan.
Kepada pria dan wanita tidak dibenarkan melakukan pernikahan tanpa izin tuan-tuan tanah feodal yang menjadi majikan mereka, Jika mereka mendapat izin dari majikan mereka untuk melakukan pernikahan, maka bila kemudiaan mempunyai anak, maka mereka harus menyerahkan anak-anak tersebut kepada majikan mereka. Dalam bidang politik bangsa Gothia selalu memperebutkan kekuasaan sehingga mereka terpecah menjadi 2 golongan, masing-masing mereka selalu mempertahankan dan membela rajanya. Pengangkatan raja tidak melalui warisan tetapi berdasarkan pemilihan yang ditentukan oleh tuan-tuan tanah bukan oleh rakyat kecil. Dalam bidang keagamaan pada waktu itu Andalusia merupakan Negara Nasrani dalam nama saja, sebab semasa penjajahan Romawi Barat maupun semasa pemerintahan bangsa Gothia samapai masuknya Islam ke daerah ini, tidak ada usaha menasranikan penduduknya. Situasi keamanan waktu itu dapat dikatakan menguntungkan bangsa Gothia, Bangsa Frank sudah mulai lemah di Perancis, bangsa Romawi tidak lagi sampai ke Spanyol hanya sampai ke Afrika setelah menyerang bangsa Vandal, dengan demikian kehidupan bangsa Gothia mulai lemah dan bermalas-malas, Mereka nerasa puas dengan menikmati tanah-tanah yang digarap budak-budaknya,
Raja-raja berikut menjelang berakhirnya kekuasaan Gothtia, dipimpin oleh Egica (berkuasa 690-701M), Achila ( 701-710 M ), kemudian Rouderik yaitu salah seorang cendekiawan Gothia. Ketika Rouderik berhasil merebut kekuasaan munculllah golongan yang kuat dibawah pimpinan Achila. Stuasi semakin tidak stabil tatkala utusan dari golongan yang menentang raja-aja baru. Kepada tentara Arab diminta agar mau membantunya membangun kerajaannya yang direbut Rouderik. Seiring dengan kejadian itu Count Yulian penguasa di Ceuta menghubungi Thariq ibn Ziad penguasa di Tanger yang seterusnya menghubungi Musa Ibn Nushair untuk menyerang Andalusia/Spanyol,
Dalam bidang peradaban Andalusia sebelum kedatangan Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di Eropa, masih dalam kebodohan atau keterbelakangan.,menurut Dozi serang orientalis Belanda mengatakan bahwa di seluruh Andalus tidak terdapat orang-orang yang buta huruf, sedang di Eropa yang tahu baca tulis hanya lapisan atas saja. Di Andalusia sudah maju dalam bidang ilmu , Eropa masih dalam zaman kegelapan. Kemudian Abu Ubaid Al-Bakri menggambarkan keadaan suku bangsa Galichia ( Utara Spanyol ) pada abad ke 14 H/10 M bahwa bangsa tersbut dalam setahun mandi sekali atau dua kali dengan air segar, demikian pula dengan pakaiannya tidak dicuci sejak pakaian itu dipakainya.
C. BERDIRINYA DINASTI UMAYAH DI ANDALUSIA
Setelah kekuasaan dinasti Umaiyah yang berpusat di Damaskus digulingkan oleh Bani Abbasiyah pada 750 M, maka dinasti itu bukanlah berarti lenyap sama sekali. Tatkala Abul Abbas ( Khalifah pertama dinasti Abbasiyah) menduduki jabatan ke khalifahan terjadi pembunuhan dan pengejaran terhadap anggota keluarga Bani Umaiyah, salah seorang diantaranya, Abdur Rahman ad Dakhil, cucu dari Hisyam ibnu Malik (724), khalifah ke sepuluh dari dinasti Umaiyah, berhasil meloloskan diri dari pengejaran bani Abbas. Untuk menyelamatkan dirinya beliau melintasi Palestina, Mesir, terus ke Afrika Utara dan akhirnya sampai di Spanyol/Andalusia. Ia di gelari dengan ad-Dakhil karena ia merupaka pangeran Bani Umaiyah pertama yang memasuki daerah tersebut. Lima tahun setelah runtuhnya dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus, Abdurrahman I yang bergelar Al-Dakhil berhasil mendirikan Kekhalifahan Umayyah baru di Andalusia. Pada tahun 756 M ia memproklamasikan wilayah itu lepas dari kekuasaan dinasti Abbasiyah. Namun demikiam, ia asih menyebut dirinya sebagai Amir karena menurut “ doktrin teori hukum ortodok (fiqh). Kekhalifahan itu satu dan tidak bisa dibagi”. Selama 32 tahun masa kekuasaannya ia berhasil mengatasi berbagai permasalahan baik di dalam maupun luar negeri.
Pemerintahan yang baru ini bahkan mampu mengimbangi kejayaan Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Bagdad, Iraq terutama dalam bidang sains dan teknologi. Bersinarnya sains dan teknologi di wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia berawal dari zaman kekuasaan Abdurrahman Al-Aushat. Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai pemimpin yang cinta kepada ilmu pengetahuan. Selama masa pemerintahannya ia melakukan berbagai cara untuk memajukan sains dan teknoloi diantaranya seperti mengundang para ahli dari dunia Islam untuk berpartisipasi di negeri yang dipimpinnya. Sejak itulah, aktivitas ilmu pengetahuan mulai berkembang di Andalusia. Pada masa pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar al-Nasir Sains dan teknologi semakin memperlihatkan perkembangannya
D. CAHAYA SAINS DAN TEKNOLOGI ISLAM DI ANDALUSIA
Pada masa pemerintahan dinasti Umaiyah di Andalusia filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M tepatnya pada masa penguasa Bani Umayyah yang ke-5,yaitu Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M). Kemudian atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu mengembangkan berbagai jenis sains dan imu pengetahuan menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam dan pada masa pemerintahan Aburrahman an_Nashir mencapai puncak kejayaannya Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Di Barat ia lebih dikenal dengan Averroes. Ia lahir di Cordova (Spanyol pada tahun 520 H/1126 dan meninggal tahun 1198 M.). Di samping seorang failosuf ia juga astronomer dan seorang dokter. Sumbangannya yang paling berharga kappa ilmu kedokteran adalah karangannya tentang “fungsi selaput jaringan” dan kepastian yang diberikannya bahwa orang tidak mungkin dua kali dihinggapi penyakit cacar. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia adalah filosuf yang mengembangkan konsep eksistensi mendahului esensif. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid. Buah pikirannya sangat berpengaruh di Eropa Barat. Ia dipandang sebagai bapak aliran filsafat sekuler di Eropa.
Failosuf lainnya yang terkenal di Andalusia adalah Ibnu Nasarrah (883-931 M) lahir di Cordova, Ibnu Thufail, (1110-1185) lahir di Granada, kontribusinya terlihat dari hasil karyanya yang berjudul Hayy ibn Jakzan yaitu sebuah buku roman asli berdasarkan filsafat. Dasar pikirannya dalam buku tersebut adalah tentang kemempuan manusia untuk beroleh pengetahuan tentang keadaan-keadaan diluar dunia dan oleh karena pengetahuan tersebut manusia lambat laun merasa bahwa ia sebenarnya adalah bergantung pada suatu “Yang Mahasempurna” Selain dari itu adalah Maimonides yang cukup terkenal keahliannya dalam bidang astronomi, ilmu ketuhanan, sebagai thabib dan sebagai ahli Filsafat. Kemudian Ibnu Bajah, (wf 1139 M) lahir di Saragosa, karyanya yang terkenal Tadbir al-Mutawahhid.
Berbarengan dengan perkembangan filsafat, maka berkembang pula ilmu matematik dan Astronomi. Matematik/ Ilmu pasti berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazali. Dengan perantaraan ini bangsa Arab mengenal dan menggunakan angka-angka India dan kemudian bahkan menemukan angka sifr. Salah satu dari kata-kata ilmu pasti yang digunakan dari bahasa Arab adalah “cipher” (angka) atau “ zero” (nol), orang Arablah yang mengajarkan bangsa Eropa untuk menggunakan angka tersebut. Jika tidak ada angka itu maka akan sulit untuk menyusun bilangan dan harus disusun dalam suatu daftar dengan jalur satuan , puluhan , ratusan dan seterusnya artinya kita harus menggunakan daftar- hitungan. Ahli ilmu pasti /matematik yang terkenal pada masa ini adalah Abu Ubaidah Muslim ibn Ubaidah al-Balansi ( Siti Maryam 2003:111), Abbas Ibnu Firnas (810-887) Ia adalah ahli matematika dan astronom terkemuka di zaman kekuasaan Kekhalifahan Umayyah Spanyol. Di samping ahli matematik dia juga ahli dalam bidang astronomi, Ibnu Firnas berhasil menciptakan tabel astronomi lokal, mengelola observatorium, dan mendesain sebuah jam air, sehingga ia tercatat dalam sejarah.
Ia adalah manusia pertama yang mencoba melakukan penerbangan. Uji coba ini dilakukannya pada 875 M. Sekitar 10 abad kemudian, peradaban Barat mulai mencobanya. Abbas Ibnu Firnas menemukan cikal-bakal pesawat terbang dan parasut. Teknologi kedirgantaraan di Andalusia itu dikenal sebagai yang pertama di dunia. Ia menjadi inspirator bahwa manusia bisa terbang menjelajahi angkasa. Ahli matematik yang lain adalah Abu Ishaq Al-Zarqali (1028-1087), di samping ahli dalam bidang matematik ia juga ahli astronom dan sangat terkenal dari Toledo, . Tabel Toledo merupakan salah satu kontribusinya yang sangat terkenal . Ia turut meluruskan data geografis Ptolemeus, salah satunya adalah panjang Laut Mediteranian. Ia pun sukses menciptakan peralatan astronomi yang akurat. Al-Zarqali juga mampu menciptakan sebuah astrolabe, alat astronomi yang baru berbentuk flat bernama Al-Safiha. Arzachel, begitu orang Barat menyebutnya, juga menciptakan sebuah jam air. Jam air itu mam pu menentukan jam pada siang dan malam hari.
Pada akhir abad ke-11 M, ia menemukan bahwa orbit planet itu adalah edaran eliptik bukan edaran sirkular. Penemuan astronomi yang penting lainnya dicetuskan Ibnu Bajjah. Ia juga mengusulkan adanya Galaksi Bima Sakti. Setelah itu, ada pula Nur Ed-Din Al Betrugi alias Alpetragius yang mengusulkan modelmodel planet baru. Demikian halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian, transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe. Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 M, setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang sama dengan yang dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Zarqali juga mampu menemukan sejumlah fakta penting terkait rahasia langit, seperti planet, bintang, bulan dan matahari. Penemuan-penemuan yang diciptakannya ditulis dalam kitab berjudul “al-Safiha al-Zarqaliya”. Dalam risalah itu tercatat sejumlah penemuannya seperti, astrolab universal, tabel 29 bintang serta yang lainnya. Al-Zarqali dikenal sebagai seorang ilmuwan yang mampu menggabungkan kemampuan teknik dengan teoritik. Ia juga tercatat telah menemukan salah satu peralatan komputer analog di era kejayaan Islam. Arzachel, demikian orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan Equatorium alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang dikembangkan A-Zarqali bernama Saphaea.( http://Republika.co.id/berita/42581) Penemuan optik yang dicapai Abu Abdullah Muhammad Ibnu Mafudh pada abad ke-11 M menjadi salah satu bukti perkembangan ilmu bumi di era Dinasti Umayyah Spanyol. Karya Ibnu Mafudh begitu terkenal hingga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Liber de crepisculis.
Dalam bidang ilmu kedokteran, berkembang sangat pesat di Cordoba. Pada masa kejayaannya, terdapat 50 rumah sakit umum di era Dinasti Umayyah Spanyol. Dokter- dokter Islam yang termasyhur dari Andalusia diantaranya adalah Ahmad ibn Iyas al-Qurthubi, Harrani, yahya bin Ishaq, al-Majriti dan Abu Sulaiman ibn Hassan (Siti Maryam dkk,2003:111). Selain dari itu Abu Al-Qasim Al-Zahrawi (936-1013) berasal dari Cordova, di Barat lebih popular dengan sebutan Abulcasi. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim Al-Zahrawi. Ia adalah dokter bedah terkemuka di Cordoba dan dikenal sebagai peletak dasar-dasar teknik ilmu bedah modern.
Kontribusinya bagi pengembangan dunia kedokteran, khususnya ilmu bedah. Ia dikenal sebagai seorang dokter yang mampu menciptakan peralatan bedah sendiri. Beberapa alat bedah yang diciptakannya hingga kini masih digunakan. Semua pemikirannya dalam ilmu kedokteran dituangkan dalam kitab Al-Tasrif, yaitu sebuah ensiklopedia kedokteran terbesar. Karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genua (1497 M), Basle (1541 M) dan di Oxfor (1778 M) dan menjadi rujukan para dokter di dunia Barat (Poeradisastra dalam Siti Maryam, 2003:112). Ia dijuluki Bapak Bedah Modern. Saat itu, dokter dan ahli bedah Muslim menggunakan alkohol sebagai anti septik untuk menyembuhkan luka. Dokter bedah dari Andalusia lainnya yang terkenal adalah Ibnu Zuhr alias Avenzoar.
Pada masa kejayaan Islam di Spanyol, beragam teknologi bermunculan. Hal itu ditopang oleh pesatnya industri dan ilmu pengetahuan. Teknologi kincir air dan angin digunakan untuk pabrik kertas, pabrik baja, dan pabrik-pabrik pangan. Selain itu, teknologi bendungan serta pengatur air untuk irigasi juga muncul di peradaban Andalusia Muslim. Di Spanyol Islam pula. Dalam bidang ilmu biologi terkenal Dhiyauddin bin Al Bithor (w. 1248 M) karyanya yang teenal adalah Al Mughni fil Adwiyatimufrodah dan Al jami’u fil Adwiyah, kitab-kitab tersebut berisi lebih dari 1400 obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Didalamnya dijelaskan manfaat pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan dan cara penggunaannya. Buku tersebut merupakan kitab yang berharga pada zaman itu.
E. KESIMPULAN
Pada masa kekuasaan dinasti Umaiyah, sains dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan khalifah Abdurrahman an-Nashir (912-1013). Diantara, sains yang berkembang masa ini yaitu :fisafat, ilmu bumi, matematik, astronomi, botani, kedokteran, fisikologi, geografi, sejarah, bahasa dan sastra, dan lain-lain. Dengan berkembangnya berbagai jenis ilmu pengatahuan dan teknologi tersebut, Andalusia pada kala sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan tidak ada seorangpun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia inilah ilmu pengetahuan dan peradaban masuk ke negara-negara Eropa melalui mahasiswa-mahasiswa yang pernah belajar ke daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Salam, Sumbangsih Andalusia Terhadap Dunia Barat,
Ahmad Amin, Dhuhar Islam, Jilid III, Beirut: Dar al-Kutubal-Arabi, 1969
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 2002
Ali Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Binang, 1979
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1993
Bosworth, CE., Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Mizan, 1993
Brockeman, Karel, Tarekh al-Syu’ub al- Islamiyah, Jilid II, terj. Nabih Amin Paris danMunir al-Ba’labaki, Beirut: Dar Ilmu lil Malayin, 1979
Fu’ad Muhd Fachrudin, Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1985
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. Jakarta: UI-Press, 1983
Hasan, Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam al-Siyasah al-Din wa al- Tsaqafi wa al- Ijtima’i, Kairo: Maktabah al-Nahdhal al- Misriyah, tth.
Hitti, Philip K., Dunia Arab, Sejarah Ringkas, terj. Usuludin Hutagalung dan ODP Sihombing, Bandung, Sumur Bandung, 1970.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1999
Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Isla Jilid I, Padang: IAIN Press, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar